Wisata suranadi (pura suranadi)

hai guys... kali ini saya sedikit memberikan informasi tentang salah satu tempat pemandian yang terkenal yang ada di pulau lombok tepatnya terdapat di desa Suranadi. pemandian ini merupakan salah satu tempat wisata yang paling banyak diminati karena terkenal dengan pemandian yang airnya langsung dari sumber mata airnya dan yang tidak kalahnya yaitu kulinernya seperti sate bulayaknya, tidak hanya ada sate bulayak yang digemari oleh semua kalangan tetapi di suranadi juga banyak kulinernya seperti: pecel, pelecing, rujak, dan berbagai jenis dodol (nangka, sirsak, wajik, pisang, dll ) pemandian ini di bagi dua atau dipisah untuk umum (semua orang atau yang beragama non hindu) dan khusus (khusus untuk beragama hindu). pemandian khusus ini merupakan tempat pemandian yang sakral. dikatakan sakral dikarenakan tempat khusus tersebut mandi harus menggunakan kain putih dan orang yang mengalami haid dilarang memasuki area tersebut. orang yang mandi disana biasanya untuk membersihkan diri atau biasa disebut mepeluk. biar gak bingung, ini saya sedikit menjelaskan awal mula adanya pura suranadi.

Sejarah Pura Suranadi
Awal mulanya Dhanghyang dwijendra datang menuju lombok (sasak) yang kedua kalinya. Beliau dulu tinggal di dasan agung mataram, suatu kebetulan beliau mempunyai tugas untuk memperluas agama hindu waktu itu. Sampailah beliau di kr. Medain. Disana I Gede Batuhu meninggal yang akan membakar atau mengkramasi mayatnya oleh cucunya yang bernama Gede Butak dan Wayan Pare, kebetulan beliau lewat dan ditanyalah orang dua itu,
Dhanghyang Dwijendra:  “ mudiang gede jak i wayan nguruh digumine kebus? ape tang gae?
Gde dan I wayan : “ saya mau bakar orang tua saya”
Dhanghyang Dwijendra:  “ sing melah dine ne jani ”
Gde dan I wayan : adi sing dadi? Amun sing dadi dije dine ne ning melah?
Dhanghyang Dwijendra: nah, antiang ben lima dine uli jani nden bape muput konyang
Begitulah beliau mebisabe dan akhirnya ditunda acara pitra yadnya tersebut. Setelah datang hari yang dijanjikan itu, kemudian Gede butak dan Wayan Pare mencari pedanda sakti wawurauh ke dasan agung (tempat tinggal beliau) namun tidak ditemukan, kebetulan ada seorang amak (istilah nama di lombok) diberitahulah kalau pedanda sakti wawurauh bahawa baru saja berjalan kearah timur, tanpa berfikir panjang orang dua ini mengikuti perjalanan beliau. Ketemulah dibarat di bawah pohon beringin di atas batu lempeh (batu rata) disana dia bertanya “ kenapa pedanda lupa dengan janjinya?  Beliau menjawab “ Bape bukan lupa”. Kemudian beliau menyuruh orang dua itu membuat 4 bumbung dari bambu. Dhanghyang Dwijendra atau dikenal dengan pedanda sakti wawurauh menancapkan tongkatnya dan dicabut muncratlah air, air tersebut disuruh mengambil dengan bumbung tersebut dan ditutup dengan daun kayu dan diberi nama air tirtha pembersihan, lagi beliau berjalan kira-kira 150 depa beliau lagi menancapkan tongkatnya dan dicabut dan orang dua itu disuruh mengambil air dengan bumbung dan ditutup dengan daun kayu dan diberi nama tirtha pelukatan, beliau berjalan lagi kearah tenggara kaje kangin beliau lagi menancapkan tongkatnya dan muncrat air dan disuruh mengambil dengan bumbung kemudian ditutup dengan daun kayu diberi nama tirtha gamana, lagi beliau berjalan kearah barat selatan disana beliau lagi menancapkan tongkatnya muncratlah air dan diambil dengan bumbung dan ditutup dengan daun kayu diberi nama tirtha pengentas. air itulah untuk muput orang mati/jenazah, beliau berkata inilah untuk menyelesaikan kaki wayannya. Beliau  memunculkan lima mata sumber air (panca tirtha) di suranadi agar umat hindu di pulau lombok dapat melaksanakan yadnya dengan benar dan tertib. Berikut kelima mata air (panca tirtha):
Tirtha tabah : tirtha untuk muput upacara pitra yadnya
Tirtha pembersihan : tirtha untuk sawa (jenazah) sebelum di berikan tirtha pengentas
Tirtha pengentas : diberikan pada sawa (jenazah) sebelum di makamkan atau di aben
Tirtha penglukatan : digunakan untuk pembersihan diri dan digunakan juga pada upacara dewa yadnya, manusia yadnya, dan butha yadnya
Patirthaan : digunakan pada puncak acara sebagai prasadam
Dhanghyang Dwijendra atau pedanda sakti wawurauh datang membawa air dari suranadi untuk menepati janjinya melaksanakan pitra yadnya tersebut sebelum meninggalkan lombok.
Pura suranadi memiliki pola pura yang terpisahkan satu sama lain, yakni disesuaikan dengan keberadaan sumber mata air suci yang terdapat di lokasi tersebut, walaupun terpisah secara fisik namun dalam menjalankan rangkaian kegiatan ritual pura tersebut merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Pura suranadi banyak dikunjungi oleh warga lokal maupun warga manacanegara yang sekarang telah menjadi tempat wisata.
Odalan pura suranadi jatuh pada purnama sasih ke 5 dan menggunakan banten pajegan semua banten mendak lengkap (khusus) seminggu sebelum odalan sudah menyiapkan.
Nama kepengurusan pura suranadi yaitu yayasan krama pura, yaitu
Dewan pembina
Ketua    : I Nyoman Santhi Artana.Amd.tak
Wakil ketua  : I Gusti Lanang Suniartha
Anggota    : semua ketua banjar pengamong dan kepala dusun hindu se-wilayah suranadi
Dewan penasehat
I Nengah Gatarawi. BA
I Gede Mandia,SH.M.Ag
I Nyoman Sumantri.SH.M.Ag
I Nyoman Adwisana
I Komang Srigata.SP

Pengurus harian
Ketua : I Nengah Segara Yasa
Wakil ketua I : I Made Swastika
Wakil ketua II : I Gusti Nyoan Oka S.Ag
Sekretaris : Dewa Komang Puspa
Wakil sekretaris : I Made Sutha
Bendahara I : I Nengah Sirna
Bendahara II : I Gusti Lanang Kawiasa
Seksi-seksi
Seksi yadnya : Ida Wayan Suarsana
  Ni Komang Purni
   Ayu Ketut Uma
Seksi drowe : I Gede Sumarda, SH. MH
  I Gusti Bagus Kaler
  Ni Made Suryaningsih
Seksi pembangunan : I Putu Sueka Agung, S.St
     I Ketut Wana Prastha
     I Wayan Dana
Seksi humas : I Komang Asta
  I Gusti Bagus Parka
  I Gede Renawan
Kepengelolaan pura suranadi yaitu dikelola dengan pengurus-pengurus atau muda mudi yang ada di suranadi dan pura tersebut di juga dan baru-baru ini pura suranadi di pembersihan mengalami renofasi pada tempat pemandian untuk keramas/menggunakan sabun sebelum memasuki kolam pembersih.
Konsep ketuhanan yang ada di pura suranadi pembersihan yaitu mengarah ke Dewa Wisnu yang dilambangkan dengan warna hitam yang dimana warna cat yang digunakan dalam semua padmasana berwarna hitam namun tetap ketiga dewa itu dipuja karena Wisnu bagian dari trimurti (Ida Sang Hyang Widhi)


Hal-hal unik yang terdapat dalam pura suranadi yaitu:
Dipercayai ketika seorang wanita sedang hamil maka tidak diizinkan melewati pintu kuri agung karena dapat membuat kandungan ketika lahir anaknya akan mengalami cacat mental/cacat fisik.



Tidak diperbolehkan ngaturang atau bawa masuk be guling (daging babi).



sekian dari pemaparan diatas ya guys.. kalau kalian penasaran dengan tempatnya bisa kunjungi langsung ya guys... kalian gk bakal nyesel deh kalau sudah coba mandi disuranadi. selesai mandi kalian bisa menikmati kulinernya dengan harga terjangkau..
hehe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atman Dalam Agama Hindu

Hindu punya cerita_makna banten saiban beserta mantranya